Behavioral Biases in Project Management

Berdasarkan dari hasil riset, bias merupakan kesalahan yang terstruktur yang kerap terjadi di manajemen proyek khususnya untuk proyek-proyek berskala besar yang mana jika tidak diidentifikasi dan ditangani secara dini akan berdampak negatif pada hasil kinerja proyek.

Dikutip dari CFA Institute, bias perilaku adalah kesalahan yang dapat diprediksi atau pengaruh yang berlaku bagi setiap orang ketika mereka menafsirkan informasi dan membuat keputusan. Bias perilaku dapat dikategorikan sebagai kesalahan kognitif atau bias emosional.

Diskusi panel tentang “Behavioral Biases in Project Management” digelar pada acara TEMU#1, menampilkan Dewan Pakar PMO INDONESIA:


Dr Adi Prasetyo, MEng(PM) PMP Prince2 P3O PMO-CP PMO-CC,
Akbar Azwir, MM PMO-CC P30 PMP MSP PSM II Prosci-CCP dan
Dr Mohammad Ichsan PgMP PMP PMI-SP PMO-CP

dan dipandu oleh Wardana Hutasoit, MT PMP Prince2 PMO-CP sebagai moderator.

Dalam dikusi panel tersebut diangkat 10 teratas bias perilaku di dalam perencanaan dan manajemen proyek menurut Prof. Bent Flyvbjerg, yaitu:

  1. Strategic misrepresentation
    Kecenderungan untuk secara sengaja dan sistematis mendistorsi atau salah menyatakan informasi untuk tujuan strategis. Alias ​​bias politik, bias strategis, atau bias kekuasaan.
  2. Optimism bias
    Kecenderungan untuk terlalu optimis tentang hasil tindakan yang direncanakan, termasuk melebih-lebihkan frekuensi dan ukuran peristiwa positif dan meremehkan frekuensi dan ukuran peristiwa negatif.

3.Uniqueness bias
Kecenderungan untuk melihat proyek seseorang lebih unik daripada yang sebenarnya.

  1. Planning fallacy (writ large)
    Kecenderungan untuk meremehkan biaya, jadwal, dan risiko serta melebih-lebihkan manfaat dan peluang.
  2. Overconfidence bias
    Kecenderungan untuk memiliki kepercayaan diri yang berlebihan terhadap jawaban sendiri atas pertanyaan.
  3. Hindsight bias
    Kecenderungan untuk melihat peristiwa masa lalu sebagai sesuatu yang dapat diprediksi pada saat peristiwa tersebut terjadi. Juga dikenal sebagai efek “saya sudah tahu sejak awal”.
  4. Availability bias
    Kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemungkinan terjadinya peristiwa dengan kemudahan pengambilan (ketersediaan) yang lebih besar dalam ingatan.
  5. Base-rate fallacy
    Kecenderungan untuk mengabaikan informasi dasar generik dan berfokus pada informasi spesifik yang berkaitan dengan kasus tertentu atau sampel kecil.
  6. Anchoring
    Kecenderungan untuk terlalu bergantung, atau “mengandalkan,” satu sifat atau informasi saat membuat keputusan, biasanya informasi pertama yang diperoleh pada subjek yang relevan.
  7. Escalation of commitment
    Kecenderungan untuk membenarkan peningkatan investasi dalam suatu keputusan, berdasarkan investasi kumulatif sebelumnya, meskipun ada bukti baru yang menunjukkan bahwa keputusan tersebut mungkin salah. Dikenal juga sebagai sunk-cost fallacy.

Lebih lanjut pembahasan menggali lebih dalam tentang Strategic misrepresentation, Optimism bias dan Escalation of commitment yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Alignment strategi dengan key stakeholder itu sangat penting untuk menghindari misintepretasi. Dengan adanya alignment tersebut maka translasi ke rencana kerja proyek akan lebih efektif.
  2. Cara bertindak dalam menghadapi Optimism bias ini adalah dengan menyadari kecenderungan kita untuk meminimalkan risiko bagi diri sendiri sehingga perlu mendapatkan masukan dari banyak pihak serta tidak tergesa-gesa. Think slow, act fast. Bias ini juga memiliki dampak positif, yan berkontribusi untuk menumbuhkan semangat optimisme yang terukur.
  3. Dasar dari bias Escalation of commitment adalah bias yang terjadi tanpa kita sadari akibat keberadaan strategic misrepresentation dalam proyek.

/sac

One response to “Behavioral Biases in Project Management”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *